Monday, September 07, 2009

Memahami Kematian


Kendati kebanyakan orang menatap kematian dengan ketakutan dan kesedihan, bagi mereka yang telah pernah ‘mengalaminya’, memahaminya sebagai suatu pengalaman akan kedamaian dan kebebasan.
Dalam kematian, Anda lupa pada semua keterbatasan jasad-fisikal ini dan menyadari betapa bebasnya Anda. Hanya untuk beberapa detik pertama menjelang kematian ada rasa takut —takut pada yang tidak diketahui sebelumnya, pada sesuatu yang tidak akrab bagi kesadaran kita. Akan tetapi setelah itu, datanglah sebentuk kesadaran agung: sang jiwa merasakan sebentuk suka-cita karena lepas dan bebas. (Melalui pengalaman kematian) Anda tahu bahwa Anda eksis terpisah dari jasad mortal ini.
Kesadaran orang yang sedang sekarat merasakan dirinya tiba-tiba lepas dari bobot tubuh, bebas dari keharusan bernafas, serta dari segala rasa sakit fisikal apapun. Sebentuk rasa melambung melalui sebuah terowongan yang teramat damai, berkabut, dengan cahaya redup dialami oleh sang jiwa. Setelah itu sang jiwa melintas menuju suatu status tertidur lelap, sejuta kali lebih dalam dan lebih nikmat dibandingkan tidur terlelap yang pernah dialami ketika masih berjasad fisik.... Status paska-kematian jasad ini dialami secara beraneka-ragam oleh berbagai orang, tergantung pada pola hidup mereka, semasih di dunia. Seperti halnya setiap orang berbeda-beda durasi dan kedalaman tidur-lelapnya, demikian juga pengalaman paska-kematiannyapun bervariasi.
Setiap orang dari kita akan mati suatu hari nanti; jadi tak perlu takut pada kematian. Anda tidak mengalami sakit saat kehilangan kesadaran-tubuh ketika tidur; Anda menerima tidur sebagai suatu status bebas, yang bahkan diminati.
Demikian juga kematian; ia adalah status istirahat, sebentuk pensiun dari kehidupan (berjasad) ini. Tak ada yang perlu ditakuti. Ketika kematian menjelang, tersenyumlah padanya. Kematian hanyalah sebuah pengalaman, agar Anda dapat mempelajari suatu pelajaran besar, bahwa Anda tidak bisa mati.
Diri-Jati kita, Sang Atman, immortal adanya. Kita boleh jadi tertidur untuk sementara waktu dalam suatu kesempatan yang disebut mati, namun kita tak pernah bisa dihancurkan. Kita eksis, dan eksistensi ini abadi. Ombak datang dan memecah di pantai, untuk kemudian kembali lagi ke laut; ia tidak hilang. Ia hanya bersatu lagi dengan samudera, ataupun akan kembali lagi dalam wujud ombak-ombak lainnya. Jasad ini telah datang, ia akan rusak; akan tetapi esensi jiwa di dalam tidak akan pernah berhenti mengada. Tak ada yang bisa memusnahkan Kesadaran Abadi Itu.

~ Sri Paramahansa Yogananda.